Kamis, 03 Januari 2013

CERPEN


SENYUM KARMILA
By : Yuyun Astuti Suprapti
            Di sudut ruangan kamar yang sempit dan pengap itu duduk seorang gadis dengan semburat kesedihan di hatinya. Ia hanya terdiam dari tadi, seakan tak percaya apa yang terjadi. Dilihatnya cermin itu tapi tiba-tiba Ia menjerit sendiri. “ Apakah ini aku?” Aku tak percaya… Dimanakah wajahku…ini Wajah  siapa? Wajah yang kehitam-hitaman dan ada sayatan-sayatan luka. Hidung tak berbentuk dan mata ini kelihatan sendu. Aku pun tak sanggup untuk melihat wajah itu ada kengerian di hatiku dan aku sangat takut…untuk mengetahuinya… Inikah aku…Aku sangat takut.

Karmila adalah gadis yang cantik , Kulitnya putih mulus, hidungnya mancung, tahi lalat di pipinya menampak cantik wajahnya. Ia juga seorang yang periang. Teman-teman kantornya sangat menyukainya dan bahkan ada beberapa pria yang jatuh cinta kepadanya. Tapi, hatinya tetap terpaut pada Ryan teman SMAnya. Ia menjadi idola para pria tidak hanya pada saat ini saja tapi sejak SMA. Senyumnya yang manis   selalu menemani setiap hari-harinya membuat semuanya merasa nyaman dekat dengannya. Kelembutan tatapan matanya membuat pria bertekuk lutut serta halus bahasanya membuat nyaman orang yang diajak bicara serta ketulusan hatinya membuat ingin selalu dekat dengannya.
            Hari Senin awal aku masuk kerja setelah kantorku libur satu minggu. Hari yang sangat cerah, tapi berbeda denganku ada mendung di hatiku dan  tak seperti biasanya aku merasakan getar-getar kegelisahan di hatiku. Ada kegalauan yang bersemayam dalam hatiku aku tak tahu apa yang terjadi. Sepertinya tidak ada masalah denganku semuanya baik-baik saja. Hubunganku dengan Ryan tidak ada masalah, hubungannku dengan teman kerjaku juga baik-baik saja. Dengan kegalauanku aku pun berangkat. Perjalananku lumayan jauh yang biasanya kutempuh dalam setengah jam. Memang pagi itu aku agak kesiangan dan kupacu sepedaku tak seperti biasanya. Hari itu kupacu dengan kencang dan tanpa bisa kukendalikan aku pun melihat sepeda didepanku dan prang… tiba…tiba… semuannya gelap kurasakan. Aku  tak tahu apa yang terjadi ...
            Sampai kusadari aku tergeletak entah dimana? Dimana tempat ini? asing bagiku hanya ada ruangan seluas 3x4 meter. Ada Mama, dik Diana, dan Ryan duduk di sampingku. Apa yang terjadi denganku? Apa yang terjadi?Oh… Karmila mama terus saja menangis di sampingku. Ryan hanya terdiam tanpa berkata-kata. Aku berusaha bangun tapi… seluruh badanku terasa lemah, nyeri, pilu yang kurasakan…dan wajahku terasa panas …panas. apa yang terjadi denganku Mama? Mama hanya menangis saja… sehari dua hari seminggu dua minggu aku terus tergeletak tak berdaya… Ada rasa bosan yang menginggapiku…Akhirnya aku pun boleh pulang.
Selama seminggu aku hanya tertidur saja di kamar. Aku merasakan wajahku panas dan ada sesuatu. Aku penasaran dengan wajahku sudah lama aku tak melihatnya…Dimana kaca yang biasa dikamarku, mengapa semua kaca kini tak ada, kaca kecil, kaca besar, dan bahkan kaca kesukaanku. Mama dimana kacaku? Mama tak menjawab pertanyaanku bahkan matanya berkaca-kaca. Ma apa yang terjadi dengan wajahku ?Mama hanya terdiam…Aku bingung dibuatnya, karena biasanya mama tidak pendiam dan cengeng. Ia mama yang baik dan periang. Setiap pekerjaan dilakukan dengan gembira dan senyum selalu menghiasi hari-harinya. Melihat perubahan perilaku mama membuatku tambah penasaran. Mbok Minah sedang membersihkan kamarku, ini adalah kesempatanku untuk bertanya padanya. Mbok apa yang terjadi denganku? Mbok …Mbok Minah yang ditanya malah diam saja…Mbok Minah? E…Jeng Karmila memanggil embok ya…Mbok apa yang terjadi denganku? Kenapa Mbok…Mbok  Minah yang cantik apa yang terjadi dengan wajahku? Emang Embok cantik ya? Mbok Minah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Mbok tadi saya Tanya ada apa dengan wajahku? Enggak ada apa-apa mbak. Wajah Mbak masih cantik seperti dulu…dengan ragu-ragu.
Aku tetap tak percaya apa yang dikatakan Mbok Minah. Penasaranku tetap menjadi-jadi manakala  teman-taman yang menenggokku berbisik-bisik saat menjengukku dan bahkan ada anak kecil yang menjerit saat melihatku. Hari-hari kulalui dengan penuh kebosanan hanya Ryan yang setia menjengukku dan selalu memberi motivasi. Yang sabar ya Mila kau harus tegar, karena kau adalah wanita yang kuat, ucap Ryan yang membuat aku tegar. Aku merasa semua teman-temanku menjauhiku dan seakan-akan mereka ngeri melihatku… Senyum yang selama ini menghiasi hari-hariku kini seakan sirna tak berbekas seiring kebosanan yang ada.
Setelah beberapa minggu Kakiku mulai bisa untuk melangkah, oh alangkah indahnya suasana di luar. Hujan yang baru saja reda membuat udara sore semakin segar. Bunga-bunga yang ada di halaman depan mulai bermekaran. Sudah berapa lama ya aku tidak merawatnya. Akhir kali aku menyiram bunga mawar yang belum berbunga di sore itu. Aku sangat menyukai bunga mawar walaupun durinya banyak tapi bunganya sangat indah untuk dipandang. Dan,Ryan sangat suka memberiku hadiah bunga mawar di taman ada sepuluh  dan yang sembilan adalah pemberian Ryan.
Mbak mau kemana tanya mbok Minah mengagetkanku. Ini mbok aku ingin ke taman melihat bunga-bunga yang bermekaran. Mbak Karmila khan belum sembuh enggak usah ke taman. Mbok Minah berusaha untuk mencegahku…Aku bersikeras untuk ke taman. Dan, akhirnya aku sudah di taman alangkah indahnya sudah berapa lama aku hanya di kamar, mbok? E, sudah dua bulan Mbak. Ah, sudah dua bulan…tanpa mandi tanpa merawat wajahku…Aku memang terkadang narsis, aku suka merawat wajahku dengan ramuan-ramuan tradisional…ah rasanya ingin memberi sari bengkoang. Aku berusaha mencari sari bengkoang di lemariku tetapi tak kutemukan seingatku sebelum kecelakaan itu aku membelinya cukup untuk satu bulan kemana ya. Mbok MInah tahu sari bengkoangku? Enggak tahu Mbak? Jawab Mbok Minah.
Aku baru menyadari ada keanehan di rumah ini. Di mana kaca-kaca yang ada di rumah ini. Setahuku di kamarku aja ada dua kaca, di dapur, di ruang makan kenapa tidak ada ya? Akupun mulai mencari-cari kaca ternyata tak satupun kutemukan. Mbok  dimana kaca yang ada di kamarku. Mbok Minah sedikit kebingungan menjawab pertanyaanku. E…mbak kemarin ibu bersih-bersih katanya takut melukai mbak karmila. Aku tak percaya yang dikatakan mbok Minah.
Saat aku berjalan di taman kulihat kolam yang penuh ikan mas. Tanpa sengaja kulihat wajahku dalangkah terkejut aku. Apakah ini aku.Kulihat wajah yang penuh luka. Sayatan-sayatan diseluruh wajah, dan apakah ini aku. Aku menjerit sekuat-kuatnya . Ibu buru-buru menghampiriku… Aku sangat takut. Takut yang tidak biasa  dan bahkan takut yang sangat selama hidupku.Karmila-Karmila ibu memanggilku dan aku tertegun . Apakah tadi itu hanya mimpi burukku… Ibu mana cermin.. mana cermin bu? Ibu berusaha menenangkanku Karmila dalam hidup ini semuannya titipan Tuhan. Harta, anak dan bahkan diri kita juga titipan Tuhan. Wajah, kaki, tangan dan semua bagian tubuh kita. Dan kita harus iklas manakala semuannya diambil kembali olehNya. Dan kita juga harus menyadari bahwa hidup itu adalah fana semuannya bisa berubah tidak ada yang kekal.Itu tadi wajahku Ma? Itu memang wajahkmu Karmila..Kami semua berusaha untuk menutupinya tapi kami juga sadar tak selamanya kau harus berada dalam mimpi.Tapi, kau harus tetap bersyukur masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melanjutkan perjalanan hidup ini setelah tiga hari kau koma, anakku.
Rasanya aku ingin menjerit sekeras-kerasnya untuk melepaskan beban yang ada. Oh, Ibu apa yang harus kulakukan seakan-akan hidupku kini telah mati…Gelap kini yang ada dalam pikiranku semuanya sirna..semuanya hilang bahkan mimpiku bersama Ryan juga hilang, Aku merasa berada dalam mimpi yang tak kunjung usai dalam tidurku. Mimpi buruk yang tak pernah kuinginkan. Tidak…Karmila mimpi itu tidak seburuk bayangmu kau harus kuat menjalani hidup ini masih ada orang-orang yang mencintaimu selalu menemanimu  itulah kata-kata ibu. Tapi, bu aku tak sanggup hidup seperti iini.
Ryan  adalah pria yang sangat tampan dan penuh talenta. Rasanya aku kini sudah tak sepadan dengannya.Aku sangat malu dengan wajah ini…dan tak mengingginkannya. Aku ingin seperti dulu dengan wajahku yang membuat semua orang suka. Pria dan wanita memujiku tapi kini semuanya mencemoohkanku. Tidak. Karmila kau tetap menjadi bidadari dihatiku itulah yang dikatakan Ryan saat mengujungiku. Tapi, benarkah itu.
Hidup kini kurasakan sangat melelahkah. Lelah dengan bayangan-bayangan yang ada di pikiranku. Lelah dengan semua kenyataan yang pahit. Senyummu mana Karmila?  kata ibuku saat menatapku. Untuk apa lagi aku tersenyum. Senyum yang menyeramkan, senyum yang hanya membuat orang yang melihatnya kasihan padaku. Tidak, Karmila kau tetap cantik untukku kata Ryan. Cantik yang mana, cantik yang seperti ini.
Hari demi hari aku berusaha untuk bisa menerima kenyataan. Kenyataan yang cukup sulit untukku. Kenyataan yang harus kuhadapi… Karmila walaupun hidup berubah tapi kau harus tetap tegar dan kuat. Kita harus bersyukur Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menjalani hidup ini, kata Ibu. Aku berusaha untuk mampu mencerna kata-kata itu. Tapi, memang waktu yang harus kubutuhkan untuk mampu menerima segalanya. Dengan segala keberanianku aku berusah menatap dalam-dalam wajahku. Dan aku harus mampu menerima kenyataan bahwa aku tak cantik seperti dulu, tapi aku harus bahagia manakala cinta orang-orang disekililingku tak pudar hanya karena perbedaan di wajahku.
Akhirnya aku berusaha untuk menjalani segala hidup ini walaupun penuh dengan kegetiran. Hari pertama masuk kerja ada keragu-raguan di hatiku. Rasanya aku tak sanggup untuk menerima cemoohan dari mereka. Aku harus kuat. Ryan menjemputku dan rasanya aku malu banget untuk tetap bersamanya. Kuingat saat seminggu yang lalu aku ingin memutuskan hubunganku dengannya. Tapi,katanya apakah kau terlalu picik untuk mengatakan kata putus. Kita sudah menjalani hubungan ini sejak kelas satu SMA. Sudah duabelas tahun dan tahun depan kita menikah apakah itu kata yang harus keluar dari mulutmu.Mulut Karmila yang selalu berkata kita hanya akan berpisah karena maut.
Aku mencintaimu karena kepribadianmu dan kelembutan hatimulah yang mampu membuat aku jatuh cinta. Jika kita mencintai hanya karena wajah mungkin dua puluh tahun lagi cinta ini akan hilang. Aku hanya terdiam mendengar kata Ryan. Kata-kata yang mampu perlahan-lahan menghilangi mendung di hatiku. Ada secercah cahaya yang kini mampu menerangi hatiku yang selama ini gelap. 
Dan kata-kata itu mampu menubuhkan semangat baru untukku untuk melanjutkan perjalanan hidupku yang pudar selama ini.Aku harus terus bersemangat dan tegar menjalani hidup ini Karena di sekitarku masih ada orang-orang yang menyayangiku dan mencintaku. Aku harus kuat menghadapi ejekan dan cemooh orang-orang yang melihatku. Dengan langkah berat dan senyum yang mengembang akhirnya senyum itu ada di wajah Karmila.Walaupun wajahnya tak secantik dulu tapi senyum itu masih tetap manis karena mencerminkan kepribadian yang tetap sama.

Temanggung, Desember 2012
Keterangan : Dilarang menyalin dan mempublikasikan tanpa seijin penulis.
UNDUH KUMPULAN CERCEN ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar