SENYUM
KARMILA
Di sudut ruangan kamar yang sempit
dan pengap itu duduk seorang gadis dengan semburat kesedihan di hatinya. Ia hanya
terdiam dari tadi, seakan tak percaya apa yang terjadi. Dilihatnya cermin itu
tapi tiba-tiba Ia menjerit sendiri. “ Apakah ini aku?” Aku tak percaya…
Dimanakah wajahku…ini Wajah siapa? Wajah
yang kehitam-hitaman dan ada sayatan-sayatan luka. Hidung tak berbentuk dan
mata ini kelihatan sendu. Aku pun tak sanggup untuk melihat wajah itu ada
kengerian di hatiku dan aku sangat takut…untuk mengetahuinya… Inikah aku…Aku
sangat takut.
Karmila adalah gadis yang cantik , Kulitnya putih mulus, hidungnya mancung, tahi lalat di pipinya menampak cantik wajahnya. Ia juga seorang yang periang. Teman-teman kantornya sangat menyukainya dan bahkan ada beberapa pria yang jatuh cinta kepadanya. Tapi, hatinya tetap terpaut pada Ryan teman SMAnya. Ia menjadi idola para pria tidak hanya pada saat ini saja tapi sejak SMA. Senyumnya yang manis selalu menemani setiap hari-harinya membuat semuanya merasa nyaman dekat dengannya. Kelembutan tatapan matanya membuat pria bertekuk lutut serta halus bahasanya membuat nyaman orang yang diajak bicara serta ketulusan hatinya membuat ingin selalu dekat dengannya.
Hari Senin awal aku masuk kerja setelah kantorku libur
satu minggu. Hari yang sangat cerah, tapi berbeda denganku ada mendung di
hatiku dan tak seperti biasanya aku
merasakan getar-getar kegelisahan di hatiku. Ada kegalauan yang bersemayam
dalam hatiku aku tak tahu apa yang terjadi. Sepertinya tidak ada masalah
denganku semuanya baik-baik saja. Hubunganku dengan Ryan tidak ada masalah,
hubungannku dengan teman kerjaku juga baik-baik saja. Dengan kegalauanku aku
pun berangkat. Perjalananku lumayan jauh yang biasanya kutempuh dalam setengah
jam. Memang pagi itu aku agak kesiangan dan kupacu sepedaku tak seperti
biasanya. Hari itu kupacu dengan kencang dan tanpa bisa kukendalikan aku pun
melihat sepeda didepanku dan prang… tiba…tiba… semuannya gelap kurasakan.
Aku tak tahu apa yang terjadi ...
Sampai
kusadari aku tergeletak entah dimana? Dimana tempat ini? asing bagiku hanya ada
ruangan seluas 3x4 meter. Ada
Mama, dik Diana, dan Ryan duduk di sampingku. Apa yang terjadi denganku? Apa
yang terjadi?Oh… Karmila mama terus saja menangis di sampingku. Ryan hanya
terdiam tanpa berkata-kata. Aku berusaha bangun tapi… seluruh badanku terasa
lemah, nyeri, pilu yang kurasakan…dan wajahku terasa panas …panas. apa yang
terjadi denganku Mama? Mama hanya menangis saja… sehari dua hari seminggu dua
minggu aku terus tergeletak tak berdaya… Ada rasa bosan yang
menginggapiku…Akhirnya aku pun boleh pulang.
Selama
seminggu aku hanya tertidur saja di kamar. Aku merasakan wajahku panas dan ada
sesuatu. Aku penasaran dengan wajahku sudah lama aku tak melihatnya…Dimana kaca
yang biasa dikamarku, mengapa semua kaca kini tak ada, kaca kecil, kaca besar,
dan bahkan kaca kesukaanku. Mama dimana kacaku? Mama tak menjawab pertanyaanku
bahkan matanya berkaca-kaca. Ma apa yang terjadi dengan wajahku ?Mama hanya
terdiam…Aku bingung dibuatnya, karena biasanya mama tidak pendiam dan cengeng.
Ia mama yang baik dan periang. Setiap pekerjaan dilakukan dengan gembira dan
senyum selalu menghiasi hari-harinya. Melihat perubahan perilaku mama membuatku
tambah penasaran. Mbok Minah sedang membersihkan kamarku, ini adalah kesempatanku
untuk bertanya padanya. Mbok apa yang terjadi denganku? Mbok …Mbok Minah yang
ditanya malah diam saja…Mbok Minah? E…Jeng Karmila memanggil embok ya…Mbok apa
yang terjadi denganku? Kenapa Mbok…Mbok
Minah yang cantik apa yang terjadi dengan wajahku? Emang Embok cantik
ya? Mbok Minah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Mbok tadi saya Tanya ada
apa dengan wajahku? Enggak ada apa-apa mbak. Wajah Mbak masih cantik seperti
dulu…dengan ragu-ragu.
Aku
tetap tak percaya apa yang dikatakan Mbok Minah. Penasaranku tetap menjadi-jadi
manakala teman-taman yang menenggokku
berbisik-bisik saat menjengukku dan bahkan ada anak kecil yang menjerit saat
melihatku. Hari-hari kulalui dengan penuh kebosanan hanya Ryan yang setia
menjengukku dan selalu memberi motivasi. Yang sabar ya Mila kau harus tegar,
karena kau adalah wanita yang kuat, ucap Ryan yang membuat aku tegar. Aku merasa semua teman-temanku menjauhiku dan seakan-akan
mereka ngeri melihatku… Senyum yang selama ini menghiasi hari-hariku kini
seakan sirna tak berbekas seiring kebosanan yang ada.
Setelah
beberapa minggu Kakiku mulai bisa untuk melangkah, oh alangkah indahnya suasana
di luar. Hujan yang baru saja
reda membuat udara sore semakin segar. Bunga-bunga yang ada di halaman depan
mulai bermekaran. Sudah berapa lama ya aku tidak merawatnya. Akhir kali aku
menyiram bunga mawar yang belum berbunga di sore itu. Aku sangat menyukai bunga
mawar walaupun durinya banyak tapi bunganya sangat indah untuk dipandang.
Dan,Ryan sangat suka memberiku hadiah bunga mawar di taman ada sepuluh dan yang sembilan adalah pemberian Ryan.
Mbak mau kemana tanya mbok Minah mengagetkanku. Ini mbok
aku ingin ke taman melihat bunga-bunga yang bermekaran. Mbak Karmila khan belum
sembuh enggak usah ke taman. Mbok Minah berusaha untuk mencegahku…Aku
bersikeras untuk ke taman. Dan, akhirnya aku sudah di taman alangkah indahnya
sudah berapa lama aku hanya di kamar, mbok? E, sudah dua bulan Mbak. Ah, sudah
dua bulan…tanpa mandi tanpa merawat wajahku…Aku memang terkadang narsis, aku
suka merawat wajahku dengan ramuan-ramuan tradisional…ah rasanya ingin memberi
sari bengkoang. Aku berusaha mencari sari bengkoang di lemariku tetapi tak
kutemukan seingatku sebelum kecelakaan itu aku membelinya cukup untuk satu
bulan kemana ya. Mbok MInah tahu sari bengkoangku? Enggak tahu Mbak? Jawab Mbok
Minah.
Aku baru menyadari ada keanehan di rumah ini. Di mana
kaca-kaca yang ada di rumah ini. Setahuku di kamarku aja ada dua kaca, di dapur,
di ruang makan kenapa tidak ada ya? Akupun mulai
mencari-cari kaca ternyata tak satupun kutemukan. Mbok dimana kaca yang ada di kamarku. Mbok Minah
sedikit kebingungan menjawab pertanyaanku. E…mbak kemarin ibu bersih-bersih
katanya takut melukai mbak karmila. Aku tak percaya yang dikatakan mbok Minah.
Saat aku berjalan di taman kulihat kolam yang penuh ikan
mas. Tanpa sengaja kulihat wajahku dalangkah terkejut aku. Apakah ini
aku.Kulihat wajah yang penuh luka. Sayatan-sayatan diseluruh wajah, dan apakah
ini aku. Aku menjerit sekuat-kuatnya . Ibu buru-buru menghampiriku… Aku sangat
takut. Takut yang tidak biasa dan bahkan
takut yang sangat selama hidupku.Karmila-Karmila ibu memanggilku dan aku
tertegun . Apakah tadi itu hanya mimpi burukku… Ibu mana cermin.. mana cermin
bu? Ibu berusaha menenangkanku Karmila dalam hidup ini semuannya titipan Tuhan.
Harta, anak dan bahkan diri kita juga titipan Tuhan. Wajah, kaki, tangan dan
semua bagian tubuh kita. Dan kita harus iklas manakala semuannya diambil
kembali olehNya. Dan kita juga harus menyadari bahwa hidup itu adalah fana
semuannya bisa berubah tidak ada yang kekal.Itu tadi wajahku Ma? Itu memang
wajahkmu Karmila..Kami semua berusaha untuk menutupinya tapi kami juga sadar
tak selamanya kau harus berada dalam mimpi.Tapi, kau harus tetap bersyukur
masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melanjutkan perjalanan hidup ini
setelah tiga hari kau koma, anakku.
Rasanya aku ingin menjerit sekeras-kerasnya untuk
melepaskan beban yang ada. Oh, Ibu apa yang harus kulakukan seakan-akan hidupku
kini telah mati…Gelap kini yang ada dalam pikiranku semuanya sirna..semuanya
hilang bahkan mimpiku bersama Ryan juga hilang, Aku merasa berada dalam mimpi
yang tak kunjung usai dalam tidurku. Mimpi buruk yang tak pernah kuinginkan.
Tidak…Karmila mimpi itu tidak seburuk bayangmu kau harus kuat menjalani hidup
ini masih ada orang-orang yang mencintaimu selalu menemanimu itulah kata-kata ibu. Tapi, bu aku tak sanggup
hidup seperti iini.
Ryan adalah pria
yang sangat tampan dan penuh talenta. Rasanya aku kini sudah tak sepadan dengannya.Aku
sangat malu dengan wajah ini…dan tak mengingginkannya. Aku ingin seperti dulu
dengan wajahku yang membuat semua orang suka. Pria dan wanita memujiku tapi
kini semuanya mencemoohkanku. Tidak. Karmila kau tetap menjadi bidadari
dihatiku itulah yang dikatakan Ryan saat mengujungiku. Tapi, benarkah itu.
Hidup kini kurasakan sangat melelahkah. Lelah dengan
bayangan-bayangan yang ada di pikiranku. Lelah dengan semua kenyataan yang pahit. Senyummu mana Karmila? kata ibuku saat menatapku. Untuk apa lagi aku
tersenyum. Senyum yang menyeramkan, senyum yang hanya membuat orang yang
melihatnya kasihan padaku. Tidak, Karmila kau tetap cantik untukku kata Ryan.
Cantik yang mana, cantik yang seperti ini.
Hari demi hari aku berusaha untuk bisa menerima
kenyataan. Kenyataan yang cukup sulit untukku. Kenyataan yang harus kuhadapi…
Karmila walaupun hidup berubah tapi kau harus tetap tegar dan kuat. Kita harus
bersyukur Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menjalani hidup
ini, kata Ibu. Aku berusaha untuk mampu mencerna kata-kata itu. Tapi, memang
waktu yang harus kubutuhkan untuk mampu menerima segalanya. Dengan segala
keberanianku aku berusah menatap dalam-dalam wajahku. Dan aku harus mampu
menerima kenyataan bahwa aku tak cantik seperti dulu, tapi aku harus bahagia
manakala cinta orang-orang disekililingku tak pudar hanya karena perbedaan di
wajahku.
Akhirnya aku berusaha untuk menjalani segala hidup ini
walaupun penuh dengan kegetiran. Hari pertama masuk kerja ada keragu-raguan di
hatiku. Rasanya aku tak sanggup untuk menerima cemoohan dari mereka. Aku harus
kuat. Ryan menjemputku dan rasanya aku malu banget untuk tetap bersamanya.
Kuingat saat seminggu yang lalu aku ingin memutuskan hubunganku dengannya.
Tapi,katanya apakah kau terlalu picik untuk mengatakan kata putus. Kita sudah
menjalani hubungan ini sejak kelas satu SMA. Sudah duabelas tahun dan tahun
depan kita menikah apakah itu kata yang harus keluar dari mulutmu.Mulut Karmila
yang selalu berkata kita hanya akan berpisah karena maut.
Aku mencintaimu karena kepribadianmu dan kelembutan
hatimulah yang mampu membuat aku jatuh cinta. Jika kita mencintai hanya karena
wajah mungkin dua puluh tahun lagi cinta ini akan hilang. Aku hanya terdiam
mendengar kata Ryan. Kata-kata yang mampu perlahan-lahan menghilangi mendung di
hatiku. Ada secercah cahaya yang kini mampu menerangi hatiku yang selama ini
gelap.
Dan kata-kata itu mampu menubuhkan semangat baru untukku
untuk melanjutkan perjalanan hidupku yang pudar selama ini.Aku harus terus
bersemangat dan tegar menjalani hidup ini Karena di sekitarku masih ada
orang-orang yang menyayangiku dan mencintaku. Aku harus kuat menghadapi ejekan
dan cemooh orang-orang yang melihatku. Dengan langkah berat dan senyum yang
mengembang akhirnya senyum itu ada di wajah Karmila.Walaupun wajahnya tak
secantik dulu tapi senyum itu masih tetap manis karena mencerminkan kepribadian
yang tetap sama.
Temanggung, Desember 2012
Keterangan : Dilarang menyalin dan mempublikasikan tanpa seijin penulis.
UNDUH KUMPULAN CERCEN ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar